A.PENDAHULUAN
Abstrak:
Puisi adalah salah satu genre yang
menggunakan kata-kata sebagai media untuk menyampaikan pesan atau gambaran
suasana tertentu,baik fisik maupun batiniah sehingga dapat membuahkan ilusi dan
imajinasi pembaca.Bentuknya berupa kata-kata yang disusun dalam larik-larik dan
bait-bait.
Demikian pula dalam puisi-puisi Denny
J.A. yang berjudul : “Sapu Tangan Fang Yin”, “Romi dan Yuli dari Cikeusik”, ”Minah
Tetap Dipancung”, “Cinta Terlarang Batman dan Robin” dan “Bunga Kering
Perpisahan”. Kelima puisi tersebut ditulis dalam bentuk yang sama. Semua
ditulis dalam larik-larik dan bait-bait yang sangat panjang. Menurt penulisnya,
karya-karya tersebut disebut sebagai “Puisi Esai”. Apa pun bentuknya, yang
jelas karya-karya itu tergolong puisi.
Puisi-puisi Denny J.A tersebut pada
umumnya berkorelasi erat dengan sosiologi. Dalam arti yang lebih luas,
sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi manusia di dalam
masyarakat, mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki
ikatan-ikatan antarmanusia dalam kehidupan. Sosiologi bermaksud untuk mengkaji
kejadian-kejadian dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya
berusaha untuk mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.
Puisi-puisi Denny J.A. di sini diretas
atau dibedah atau dianalisis dari segi sosiologinya.Dan puisi-puisi Denny
J.A.sangat dominan mencerminkan realitas sosial yang terbentu dari
peristiwa-peristiwa faktual yang terjadi.
Kata kunci:puisi,sosiologi,cinta,fakta
1.
Sekilas
tentang Puisi
Puisi adalah salah satu
genre sastra di antara dua genre yang lain.Apa sebenarnya puisi itu? Di sini
sekilas akan dibicarakan pengertian puisi dari berbagai sumber.
.
Pengertian puisi
menurut beberapa ahli,antara lain,Edger Allan Poe mengatakan bahwa “Puisi
sebagai ciptaan tentang sesuatu keindahan dalam bentuk berirama. Citarasa
adalah unsur yang diutamakan.”Sedangkan, Edwin Arlington Robinson menyebutkan
bahwa “Puisi adalah bahasa yang menyampaikan sesuatu melalui reaksi emosi,
sesuatu yang sukar hendak dinyatakan.”
Tidak ketinggalan Dante, menurutDante,”Puisi ialah perkara-perkara benar yang
diucapkan dalam bahasa yang indah.” Dan bagi T. S. Eliot bahwa “Puisi itu bukan
penegasan tentang sesuatu kebenaran, tetapi ialah untuk menjadikan kebenaran
itu lebih nyata kepada kita.” Yang terakhir adalah pendapat dari Percy Byssche
Shelley.Bagi Percy Byssche Shelley bahwa “Puisi adalah rakaman dari saat-saat
yang paling baik dan paling menyenangkan dari fikiran-fikiran yang paling baik
dan paling menyenangkan.”( dalam internet-Penghayatan Puisi)
Pengertian puisi
menurut Aminuddin adalah membuat dan pembuatan,karena lewat puisi pada dasarnya
seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri,yang mungkin berisi pesan
atau gambaran suasana –suasana
tertentu,baik fisik maupun batiniah.(1984:37)
Sedangkan Mc Caulay Hudson
meengungkapkan bahwa puisi adalah cabang sastra yang menggunakan kata-kata
sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi,seperti halnya
lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan
pelukisnya.(Mc Caulay dalam Aminuddin ,1984:38)
Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut,baik Aminuddin maupun Mc Caulay dapat disimpulkan
bahwa puisi adalah salah satu genre yang menggunakan kata-kata sebagai media
untuk menyampaikan pesan atau gambaran suasana tertentu,baik fisik maupun
batiniah sehingga dapat membuahkan ilusi dan imajinasi pembaca.Bentuknya berupa
kata-kata yang disusun dalam larik-larik dan bait-bait.
2. Apa itu sosiologi?
Berbicara
sosiologi,perlu ditinjau di sini secara sekilas.Istilah sosiologi secara
etimologis berasal dari kata Latin socius yang berarti 'teman, kawan',
dan logos yang berasal dari kata Yunani yang berarti 'ilmu'. Jadi
apakah yang dimaksud sosiologi? Merujuk pada arti dua kata tersebut, maka
sosiologi berarti ilmu tentang teman. Dalam arti yang lebih luas, sosiologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat,
mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan
antarmanusia dalam kehidupan. Sosiologi bermaksud untuk mengkaji kejadian-kejadian
dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya berusaha untuk
mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.
Istilah
sosiologi pertama kali digunakan Auguste Comte untuk
mempelajari keadaan masyarakat Eropa pada saat itu. Sosiologi sebagai ilmu
mulai dikenal sejak abad ke-19 dengan melepaskan diri dari filsafat.(dalam
internet)
Sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian. Sosiologi atau ilmu
masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.(dalam internet,Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi)
Sosiologi merupakan ilmu
yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala
sosial, misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan
ekonomi, gerak masyarakat dan politik, dan sebagainya. (dalam internet,Pitirim A. Sorokin)
3. Meretas puisi Denny J.A.dari kacamata sosiologi
Masalah yang ingin dicermati di sini
yaitu meretas puisi Denny J.A. ditinjau dari kacamata sosiologi.
Puisi yang disajikan di sini adalah puisi-puisi
dari Deni J.A. Mengapa puisi-puisi Deni J.A. yang dicermati dan dianalisis?
Siapa Deni J.A itu?
B.PEMBAHASAN
1.
Siapa Denny J.A. ?
Demikian
pula dalam puisi-puisi Denny J.A. yang di sini
akan dianalisis dari unsur sosiologinya.Puisi-puisi Denny J.A. diberi label
“Atas nama Cinta” dalam satu buku kumpulan puisi,yang diterbitkan oleh Rene
Book,dengan 216 halaman pada bulan April tahun 2012.
Secara
sekilas, di sini diinformasikan pula tentang Denny
J.A. yang nama lengkapnya adalah Denny Januar Ali.Ia dilahirkan di Palembang, pada 4 Januari 1963. Denny J.A.
mendapatkan gelar Phd dari Ohio State University, Amerika Serikat bidang
Comparative Politik. Setelah dari Amerika, Denny J.A. ikut memperkenalkan dan
mendorong perkembangan riset politik kuantitatif, yang membawa warna baru baik
untuk dunia akademis ilmu politik, maupun politik praktis soal Pemilu. Untuk
kiprahnya itu, Denny J.A. mendapatkan penghargaan 11 rekor MURI (Museum Rekor
Indonesia) di bidang akademis, jurnalisme dan konsultan politik. Denny JA
mendapat penghargaan Rakyat Merdeka Award Tahun 2006 untuk bidang Political
Enterpreneurship. Di tahun yang sama, Denny J.A. juga mendapat penghargaan Mens Obsession (MO)
Award untuk pengembangan demokrasi dengan mempopulerkan survei di arena
politik. Di tahun 2007, Denny JA meraih penghargaan dari Partai Keadilan
Sejahtera (PKS Award 2007) atas kontribusinya di bidang riset politik. Di tahun
yang sama, Denny JA memperoleh penghargaan dari Masyarakat Ilmu Pemerintahan
Indonesia (MIPI Award) untuk kategori pemerhatipemerintahan.Selain memimpin
Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny J.A. juga terpilih sebagai ketua umum
AROPI ( Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia ) periode 2007-2010. Ia juga
anggota WAPOR (World Association for Public Opinion Research).
2. Denny J.A.dan Esensi Cinta
Puisi-puisi karya Deni J.A berjudul :
“Sapu Tangan Fang Yin”, “Romi dan Yuli dari Cikeusik”, ”Minah Tetap Dipancung”,
“Cinta Terlarang Batman dan Robin” dan “Bunga Kering Perpisahan”. Kelima puisi
tersebut ditulis dalam bentuk yang sama. Semua ditulis dalam larik-larik dan
bait-bait yang sangat panjang. Menurt penulisnya, karya-karya tersebut disebut
sebagai “Puisi Esai”. Apa pun bentuknya, yang jelas karya-karya itu tergolong
puisi.
Menurut Sutardji Calzoum Bachri, Puisi
tidak hanya mengandung puitika tetapi juga bisa mengandung kisah, sikap, opini,
argumentasi, dan esai. Sajak-sajak Rendra, mengesankan adanya hal itu.
Sedangkan puisi-puisinya Chairil Anwar mengandung opini dan ekspresi yang
saling menyatu. Misalnya larik-larik : “Kalau Sampai Waktuku / Ku mau tak
seorang kan merayu, dst” (dalam internet)
Bagaimana dengan puisi-puisi Deni J.A. ?
Kelima puisi Deni J.A. terilhami dari peristiwa-peristiwa atau fakta yang telah
terjadi. Menurut Sutardji semua sajaknya mengandung tema perlawanan yang
beragam dari manusia sebagai individu. Antara lain perlawanan terhadap
kemiskinan, perlawanan terhadap diskriminasi dan perlawanan dari cinta.Hal ini
juga didukung oleh pendapat penyair terkenal Sutarji Calzoum Bachri.Menurut Sutardji Calzoum Bachri,
Penyair ,mengatakan “Bagi saya, puisi esai adalah puisi pintar. Yang dengan
berbagai data, fakta, argumentasi, bisa memberikan kepintaran bagi pembacanya
untuk memahami dan menghayati persoalan-personal yang terkait dengan masalah
atau konflik sosial.”(dalam internet).
Seperti dalam pengantarnya, Deni
mengatakan bahwa puisinya tak hanya memotret pengalaman batin individu tetapi
juga konteks fakta sosialnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa karangannya diupayakan
tak hanya menggetarkan hati tetapi juga membantu pembaca lebih paham isu sosial
di dunia nyata.
Menurut Sapardi Djoko Damono bahwa “Dalam
ujud seperti yang dipilih Denny ini, puisi esai bisa menjadi pilihan bentuk
bagi siapa pun yang memiliki pandangan yang sama. Yang disampaikan dan ditulis
Denny berasal dari suatu gagasan yang dengan jelas ia uraikan di dalam
pengantar. Yang lebih penting lagi adalah bahwa ia telah mengangkat isu yang
sepanjang pengetahuan saya belum pernah diungkapkan dalam puisi kita, seperti
isu Ahmadiyah, homoseksualitas, TKW, perbedaan agama, dan dampak peristiwa Mei
1998 dalam sajak-sajak yang panjang lengkap dengan catatan kaki. Banyak penyair
kita telah menulis puisi tentang peristiwa Mei 1998, misalnya, tetapi semuanya
dalam bentuk lirik – pengungkapan perasaan dan emosi terhadap peristiwa
tersebut.” (dalam internet)
Dari kelima puisi Denny J.A. di sini
akan diretas tiga puisi yang berjudul “Sapu Tangan Fang Yin”, “Romi dan Yuli
dari Cikeusik”, ”Minah Tetap Dipancung”, dari segi sosiologinya.
Puisi yang pertama adalah puisi yang
berjudul “Sapu Tangan Fang Yin” adalah kisah perlawanan Fang Yin ke dalam,
terhadap diri sendiri .Tidak seperti puisi-puisi yang lainnya,yang mengisahkan
perlawanan ke luar,terhadap orang lain. Dalam puisi tersebut tokoh Fang Yin
disibukkan dengan penderitannya sendiri sebagai korban kekerasan dan perkosaan.
Hal inilah yang menjadikan Fang Yin membenci Indonesia. Pada akhirnya, Fang Yin
bisa melihat sisi positif Indonesia, dan memulai mencintai negeri itu.
Puisi
tersebut secara garis besar merupakan suatu kisah penderitaan yang dialami
orang-orang keturunan Tionghoa pada saat peristiwa krisis Mei 1998. Hal inilah
yang mencerminkan aspek sosiologi dalam puisi Denny J.A.
Fang
Yin adalah seorang gadis keturunan Tionghoa yang mengalami trauma berat. Fang
Yin menderita batin yang berkepanjangan.
Penderitaan
Fang Yin akibat peristiwa yang terjadi
13 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 13 Mei 1998 di Jakarta,yang terjadi
demo besar-besaran seperti bait berikut:
Rabu 13 Mei 1998
Ribuan mahasiswa berkumpul
Di Universitas Trisakti
Duka cita berbaur teriakan kerumunan massa.
Ribuan mahasiswa berkumpul
Di Universitas Trisakti
Duka cita berbaur teriakan kerumunan massa.
Pada
peristiwa itu Fang Yin dianiaya diperkosa dengan penuh kekerasan. Hal ini
tercermin pada bait :
Rambutnya dijambak
Pakaiannya dikoyak-moyak
Dan dengan kasar
Mereka pun memukul, menampar.
Pakaiannya dikoyak-moyak
Dan dengan kasar
Mereka pun memukul, menampar.
Fang Yin pun menjerit, mohon ampun,
Jangan…Jangan…
Saya punya uang.
Ampun. Jangan.
Jangan…Jangan…
Saya punya uang.
Ampun. Jangan.
“Bagai sekawanan serigala mereka:
Seseorang memegang kaki kirinya
Seorang lagi merentang kaki kanannya
Yang lain menindih tubuhnya.
Seseorang memegang kaki kirinya
Seorang lagi merentang kaki kanannya
Yang lain menindih tubuhnya.
Wahai, terenggut sudah kehormatannya!
Yang lain bersiap menunggu giliran
Ganas seringainya, tak ada belas
Bagi seorang perawan.”
Yang lain bersiap menunggu giliran
Ganas seringainya, tak ada belas
Bagi seorang perawan.”
Tidak
hanya Fan Yin,semua komunitas di sekitar Fan Yin juga mengalami hal
serupa.Disebutkan dalam puisi ini bahwa Fan Yin hidup di komplek mewah
masyarakat Tionghoa. Pagar dan bangunan yang tinggi tidak menjamin keamanan. Semua
penghuni,harta benda dirampas dan
dikoyak.
Setelah
peristiwa itu,Fang Yin dan keluarganya mengungsi ke Amerika. Dan pada saat itu
kekasihnya yang telah mengetahui bahwa Fang Yin diperkosa tega meninggalkannya.
Sikap Kho terlihat pada larik :
“…
Kho, pacarnya,
terdiam dan mulai dingin sikapnya.
…”
…”
Dan
terlihat pada larik yang lain:
“Selentingan ia
dengar kabar, Kho sudah berkeluarga
Rina nama istrinya, dulu sahabat kental Fang Yin –‘
Rina nama istrinya, dulu sahabat kental Fang Yin –‘
Kehidupan
di Amerika dijalani Fang Yin dengan harapan untuk memulai hidup baru. Fang Yin
tidak mudah untuk melakukan semua kegiatannya karena terganjal traumatik masa
silam di Indonesia. Hal ini terlihat pada bait:
“Apa arti Indonesia bagi Fang Yin?
Lahir di sana tak ia minta
Ketika trauma masih menganga
Indonesia hanya kubangan luka.”
Lahir di sana tak ia minta
Ketika trauma masih menganga
Indonesia hanya kubangan luka.”
Dukungan
keluarga dan pendampingan psikolog terus menerus diterimanya. Ayahnya selalu
memberikan nasihat-nasihat jangan sampai Fang Yin menjadi warga negeri lain
karena ayahnya selalu mengharapkan bahwa Fang Yin bisa kembali ke Indonesia.
Mengapa demikian? Karena kakek buyutnya adalah pejuang kemerdekaan.
Peristiwa-peristiwa setelah 13 tahun serta nasihat ayahnya sedikit demi sedikit
membuka hati nurani Fang Yin. Ia ingin kembali ke Indonesia.Hal ini terlihat
pada bait:
“Kini ia ingin pulang, rindunya membara
Ia ingin Indonesia seperti dirinya: menang melawan masa lalu
Musibah dan bencana datang tak terduga
Yang penting harus tetap punya mimpi.
Ia ingin Indonesia seperti dirinya: menang melawan masa lalu
Musibah dan bencana datang tak terduga
Yang penting harus tetap punya mimpi.
Ini Indonesia baru, katanya, kata mereka.
Ya, ya – niatnya pun teguh: Aku segera kembali ke sana!
Aku segera pulang ke sana!
Aku segera hidup di sana!”
Ya, ya – niatnya pun teguh: Aku segera kembali ke sana!
Aku segera pulang ke sana!
Aku segera hidup di sana!”
Dalam
puisi ini, Deni J.A ingin mengangkat masalah sosial yang terjadi di Indonesia
khususnya pada 13 Mei 1998. Peristiwa pada saat itu konflik yang berkepanjangan
krisis yang berkepanjangan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan Suharto. Namun, dalam kenyataan Suharto selaku presiden masih
belum bisa menerima keinginan masyarakat Indonesia untuk mundur. Sehingga hal
inilah yang memicu masyarakat untuk melakukan demo besar-besaran dan yang
diserang serta dianiaya adalah komunitas Tionghoa. Bagi masyarakat Tionghoa
bahwa mereka hanya menganggap diri sebagai pedagang dengan jiwa nasionalisme
yang tinggi. Mereka tidak ikut berkecimpung dalam dunia kepemerintahan dan
dunia politik. Namun, kenyataannya dalam peristiwa itu, merekalah yang
disingkirkan.
Bagaimana dengan puisi yang lain? Deni
J.A. pada umumnya mengangkat masalah sosial,seperti dalam puisi Denny J.A. yang lain ,yang berjudul Romi dan
Yuli dari Cikeusik juga berisi data sosiologi.
Puisi “Romi dan Yuli dari Cikeusik”
inilah puisi kedua yang akan dianalisis.Dalam puisi ini juga mengungkapkan
perasaan hakiki manusia bahwa setiap manusia di dunia ini berhak untuk
mencintai dan dicintai. Tuhan memberikan anugrah perasaan terhadap manusia
untuk membuat hidup menjadi lebih berwarna. Ada bahagia, ada tangisan, tawa
canda, emosi kemarahan, bahkan kebimbangan. Itu semua merupakan proses yang tak
bisa diabaikan. Itu merupakan pembelajaran hidup.
Mencintai maupun dicintai mempunyai sisi
kebahagiaan masing-masing. Namun yang paling membahagiakan adalah mencintai dan
dicintai oleh orang yang sama. Rasa saling mencintai tentu akan sangat berbeda
dengan hanya mencintai atau dicintai saja. Satu dan menyatu, saling menerima
dan melengkapi antara satu dengan yang lain.
Namun, bagaimana ketika cinta harus
dihadapkan dengan diskriminasi tertentu? Sebuah perbedaan antara paham
Ahmadiyah dan yang menentang Ahmadiyah. Apakah dengan adanya perbedaan tersebut perkataan, “Setiap
orang berhak untuk mencintai dan dicintai” masih berlaku? Apakah dengan
perbedaan, masih ada perasaan saling menerima dan melengkapi?
Masalah-masalah
yang berkaitan dengan perbedaan inilah yang mengilhami puisi Deny J. A. khususnya
yang berjudul “Romi dan Yuli dari Cikeusik”. Puisi ini mengisahkan cinta
sepasang remaja yang terhalang oleh
perbedaan paham agama.
Romi yang bernama asli Rohmat anak
seorang pengurus Ahmadiyah, paham yang dianggap sebagian ulama menyimpang dari
ajaran Islam. Sementara Yuli dengan nama asli Juleha anak pengurus organisasi
Islam yang dianggap garis keras, anti Ahmadiyah. Dua sejoli ini saling jatuh
cinta terlepas dari perbedaan paham agama keluarga mereka.
Yuli mulai ragu, Ayah dan ibunya
mengatakan bahwa kedudukan agama di atas cinta remaja, berikut ini cuplikan
puisinya :
“Kita di Indonesia tidak di Amerika, di
sini Agama di atas segala, Tak terkecuali cinta remaja”
Namun
cintanya pada Yuli begitu tinggi. Ia juga menyadari Romi tidak pernah meminta
menjadi anak pengurus Ahmadiyah, ketika ia lahir. Begitu juga ketika Yuli
lahir, ayahnya juga sudah anti-Ahmadiyah. Yuli terombang-ambing antara cinta
yang tulus di hatinya, dengan kenyataan sosial bahwa Ahmadiyah itu paham yang
menjadi musuh ayahnya. Selain itu Romi selalu memberi motivasi dan nasihat supaya Yuli harus tetap
kuat mempertahankan cinta yang tulus itu. Seperti yang tertulis dalam puisi:
“Ayo Yuli, sihir hatimu katakan cinta
kalahkan segala”
Kisah puisi ini merupakan salah satu
sisi lain dari Indonesia, yang menjadi isu besar diskriminasi (masalah sosial)
yang masih hidup di permukaan masyarakat Indonesia sampai saat ini. Dalam puisi
ini diskriminasi ini diekspresikan dari kaca mata korban.
Pengarang menyebut karyanya puisi esai
karena ini merupakan eksperimen yang menjembatani fiksi dan fakta. Detail
kisahnya fiksi tapi kenyataan sosial dari isu itu fakta. Hal ini sesuai dengan
catatan kaki yang terdapat dalam puisi
tersebut.
Fakta-fakta yang mengilhami puisi
tersebut adalah peristiwa penyerangan jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, penyerangan
kampus Mubarok yang merupakan kantor pengurus besar Jamaah Ahmadiyah di
Indonesia yang beralamat di Jalan Raya Perung no. 27 Kecamatan Kemang Kabupaten
Bogor. Aksi tersebut berujung pada penutupan secara paksa Kampus Jemaat
Ahmadiyah Indonesia tersebut oleh Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Bogor
melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) atas desakan massa penyerang.
Namun SKB tiga menteri tersebut tidak
berhasil menyelesaikan masalah. Konflik dan tindak kekerasan tetap terjadi.
Penyerangan dan pembantaian anggota jemaat Ahmadiyah di Cikeusik pada 6
Februari 2011 merupakan puncak kekerasan yang menimpa Jemaat Ahmadiyah
Indonesia. (Negara tak Kunjung Terusik, www Kontras org/data/laporan)
Puisi
“Romi dan Yuli dari Cikeusik” tecermin
dengan jelas segala peristiwa yang terjadi di masyarakat dengan jelas.Apalagi
dalam puisi tersebutdiberi catatan kaki.Catatan kaki tersebut yang menyatakan
peristiwa factual sebagai pendukung yang memudahkan pembaca untuk memahami
puisi dan mampu sebagai media kilas balik peristiwa_peristiwa yang terjadi.
Sedangkan puisi yang berjudul “Minah
Tetap Dipancung” juga mengisyaratkan aspek sosiologi yang kental puisi tersebut
sarat dengan penderitaan orang-orang yang mencari sesuap nasi di negeri
orang.Bukan harta melimpah tetapi nyawa melayang.Secara lengkap isi puisi
tersebut adalah suatu cerita pengorbanan seoran ibu dan seorang isteri.
Puisi “Minah Tetap Terpancung” mengisahkan tentang
seorang TKW bernama Aminah yang disebut Minah asal Indonesia dari kota
Cirebon. Melihat kenyataan sehari – hari suaminya tidak bekerja dan anak semata
wayangnya yang berusia 8 tahun belum bersekolah karena tidak mampu membayar
iuran sekolah. Minah akhirnya bertekad bekerja di luar negeri dengan modal uang
hasil menjual sepetak sawah milik orang tuanya, dengan harapan bisa memperbaiki
ekonomi keluarga.Seperti pada bait berikut :
“Sudah sekian lama suamiku nganggur
Anak perempuanku, delapan tahun,
Belum juga ia bersekolah
Aku belum bisa bayar uang iurannya.
Anak perempuanku, delapan tahun,
Belum juga ia bersekolah
Aku belum bisa bayar uang iurannya.
Itulah awal tekadku bekerja ke Arab
Saudi.
Kuyakinkan Suami ijinkan aku pergi,
Hidup perlu biaya.”
Kuyakinkan Suami ijinkan aku pergi,
Hidup perlu biaya.”
Tapi kenyataannya tidak sesuai dengan
harapan. Disana dia diperlakukan secara tidak manusiawi, beberapa kali
diperkosa majikan pria dan malah disiksa oleh majikan wanita saat mengadu.
Suatu malam Minah terpikir untuk mengirimkan sekotak uang pemberian majikan
setelah diperkosa. Namun, hati kecilnya tidak setuju kalau keluarganya harus
menikmati uang haram itu.
Ketika majikan pria ingin mengulangi perbuatan
bejatnya lagi, hatinya berontak. Dia harus melawan. Dengan sekuat tenaga dan
menyebut nama Allah direbutnya pisau dari tangan laki – laki itu dan ditusukkan
tepat di perutnya. Sebagai hukuman atas perbuatannya Aminah harus menjalani
hukum pancung.Hal ini terjadikarena Minah membunuh majikannya untuk membela
diri.Seperti pada bait:
“Entah dengan kekuatan apa
Aku sebut nama Allah,
Aku rebut pisau itu
Kutancapkan tepat di perutnya.”
Aku sebut nama Allah,
Aku rebut pisau itu
Kutancapkan tepat di perutnya.”
Perjuangan Aminah jika dinilai dari segi
sosial sangat memprihatinkan. Dia bertaruh nyawa dan mengorbankan keluarganya
untuk menjadi salah satu pahlawan devisa berjasa bagi Negara yang bahkan tidak
membelanya sedikit pun. Malah keluarganya tidak mendapat apapun bahkan harus
kehilangan sepetak sawah dan seorang Aminah.
Demikian
mengharu biru ketiga puisi Denny J.A. yang telah dianalisis dari segi
sosiologinya. Tak pelak kalau Denny J.A. mengkalim bahwa puisinya berisi cinta.
Dari kelima puisi –puisinya,aspek sosioogi sangat dominan dan menonjol.
C.PENUTUP
1.Kesimpulan
Puisi-puisi Denny J.A. yang berlabel Atas
Nama Cinta dengan lima judul puisi :
1.
“Sapu Tangan Fang Yin”,
2.
“Romi dan Yuli dari Cikeusik,
3.
“Minah Tetap Dipancung”,
4.
“Cinta Terlarang Batman dan Robin”,
5.
“Bunga Kering Perpisahan”.
Puisi-puisi tersebut
pada umumnya berlatar belakang peristiwa faktual. Dari kelima puisi
tersebut yang dicermati adalah puisi "Sapu Tangan Fan Yin" yang berbasis
peristiwa Mei 1998. Sedangkan puisi "Romi dan Yuli dari Cikeusik"
selain pengungkapkan kisah percintaan (hal yang imajiner) juga mengungkapkan
isu sosial yaitu diskriminsi Jemaat Ahmadiyah (faktual).Sedangkan "Minah Tetap
Dipancung" mengisyaratkan hal-hal dilematis yang dihadapai pejuang devisa
di Indonesia. Jadi, puisi-puisi Denny J.A dapat disimpulkan puisi yang mempunyai latar belakang peristiwa-peristiwa faktual. hal itulah sebagai benang merahnya dari tinjauan sosiologi.
2.Saran
Puisi-puisi
Denny J.A. adalah puisi yang cukup menarik. Puisi-puisi Denny J.A. bermuatan
banyak aspek yang bisa dianalisis. Puisi-puisi Denny J.A. memiliki keberagaman
ide yang dapat diapresiasi dari berbagai tinjauan. Oleh sebab itu,kiranya ada
telaah lain yang bisa dilakukan selain dari telaah sosiologi.Demikian pula dari
aspek penelitian yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin.1995.Pengantar Apresiasi Sastra.Bandung
:Sinar Baru Algensindo
Denny
J.A. 2012.Atas Nama Cinta.Jakarta:Renne
Book
A.Sayuti,
Suminto.2002.Berkenalan dengan Puisi.Yogyakarta:Gama Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar