Arsip !

Sabtu, 24 November 2012






Analisis Puisi-puisi dalam  Buku “Atas Nama Cinta” Karya Deni J.A.
                                                          dari Kacamata Sosiologi



PENDAHULUAN 
Sekilas tentang Puisi
Puisi adalah salah satu genre sastra di antara dua genre yang lain.Apa sebenarnya puisi itu? Di sini sekilas akan dibicarakan pengertian puisi dari berbagai sumber.
.
Pengertian puisi menurut beberapa ahli,antara lain,Edger Allan Poe mengatakan bahwa “Puisi sebagai ciptaan tentang sesuatu keindahan dalam bentuk berirama. Citarasa adalah unsur yang diutamakan.”Sedangkan, Edwin Arlington Robinson menyebutkan bahwa “Puisi adalah bahasa yang menyampaikan sesuatu melalui reaksi emosi, sesuatu yang sukar  hendak dinyatakan.” Tidak ketinggalan Dante, menurutDante,”Puisi ialah perkara-perkara benar yang diucapkan dalam bahasa yang indah.” Dan bagi T. S. Eliot bahwa “Puisi itu bukan penegasan tentang sesuatu kebenaran, tetapi ialah untuk menjadikan kebenaran itu lebih nyata kepada kita.” Yang terakhir adalah pendapat dari Percy Byssche Shelley.Bagi Percy Byssche Shelley bahwa “Puisi adalah rakaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari fikiran-fikiran yang paling baik dan paling menyenangkan.”( dalam internet-Penghayatan Puisi)

Pengertian puisi menurut Aminuddin adalah membuat dan pembuatan,karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri,yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana –suasana  tertentu,baik fisik maupun batiniah.(1984:37)
Sedangkan Mc Caulay Hudson meengungkapkan bahwa puisi adalah cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi,seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.(Mc Caulay dalam Aminuddin ,1984:38)
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,baik Aminuddin maupun Mc Caulay dapat disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu genre yang menggunakan kata-kata sebagai media untuk menyampaikan pesan atau gambaran suasana tertentu,baik fisik maupun batiniah sehingga dapat membuahkan ilusi dan imajinasi pembaca.Bentuknya berupa kata-kata yang disusun dalam larik-larik dan bait-bait.




2. Apa itu sosiologi?
Berbicara sosiologi,perlu ditinjau di sini secara sekilas.Istilah sosiologi secara etimologis berasal dari kata Latin socius yang berarti 'teman, kawan', dan logos yang berasal dari kata Yunani yang berarti 'ilmu'. Jadi apakah yang dimaksud sosiologi? Merujuk pada arti dua kata tersebut, maka sosiologi berarti ilmu tentang teman. Dalam arti yang lebih luas, sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat, mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia dalam kehidupan. Sosiologi bermaksud untuk mengkaji kejadian-kejadian dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya berusaha untuk mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.
Istilah sosiologi pertama kali digunakan Auguste Comte untuk mempelajari keadaan masyarakat Eropa pada saat itu. Sosiologi sebagai ilmu mulai dikenal sejak abad ke-19 dengan melepaskan diri dari filsafat.(dalam internet)
 Sosiologi adalah   suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian. Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.(dalam internet,Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi)
                    Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dan politik, dan sebagainya. (dalam internet,Pitirim A. Sorokin)
3. Meretas puisi Denny J.A.dari kacamata sosiologi
Masalah yang ingin dicermati di sini yaitu meretas puisi Denny J.A. ditinjau dari kacamata sosiologi.
                     Puisi yang disajikan di sini adalah puisi-puisi dari Deni J.A. Mengapa puisi-puisi Deni J.A. yang dicermati dan dianalisis? Siapa Deni J.A itu?



PEMBAHASAN
1. Siapa Denny J.A. ?
Demikian pula dalam puisi-puisi Denny J.A. yang di sini akan dianalisis dari unsur sosiologinya.Puisi-puisi Denny J.A. diberi label “Atas nama Cinta” dalam satu buku kumpulan puisi,yang diterbitkan oleh Rene Book,dengan 216 halaman pada bulan April tahun 2012.
Secara sekilas, di sini diinformasikan pula tentang Denny J.A.  yang nama lengkapnya adalah Denny Januar Ali.Ia  dilahirkan di Palembang, pada 4 Januari 1963. Denny J.A. mendapatkan gelar Phd dari Ohio State University, Amerika Serikat bidang Comparative Politik. Setelah dari Amerika, Denny J.A. ikut memperkenalkan dan mendorong perkembangan riset politik kuantitatif, yang membawa warna baru baik untuk dunia akademis ilmu politik, maupun politik praktis soal Pemilu. Untuk kiprahnya itu, Denny J.A. mendapatkan penghargaan 11 rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) di bidang akademis, jurnalisme dan konsultan politik. Denny JA mendapat penghargaan Rakyat Merdeka Award Tahun 2006 untuk bidang Political Enterpreneurship. Di tahun yang sama, Denny J.A.  juga mendapat penghargaan Mens Obsession (MO) Award untuk pengembangan demokrasi dengan mempopulerkan survei di arena politik. Di tahun 2007, Denny JA meraih penghargaan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS Award 2007) atas kontribusinya di bidang riset politik. Di tahun yang sama, Denny JA memperoleh penghargaan dari Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI Award) untuk kategori pemerhatipemerintahan.Selain memimpin Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny J.A. juga terpilih sebagai ketua umum AROPI ( Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia ) periode 2007-2010. Ia juga anggota WAPOR (World Association for Public Opinion Research).


                                                                         



2. Denny J.A.dan Esensi Cinta
        Puisi-puisi karya Deni J.A berjudul : “Sapu Tangan Fang Yin”, “Romi dan Yuli dari Cikeusik”, ”Minah Tetap Dipancung”, “Cinta Terlarang Batman dan Robin” dan “Bunga Kering Perpisahan”. Kelima puisi tersebut ditulis dalam bentuk yang sama. Semua ditulis dalam larik-larik dan bait-bait yang sangat panjang. Menurt penulisnya, karya-karya tersebut disebut sebagai “Puisi Esai”. Apa pun bentuknya, yang jelas karya-karya itu tergolong puisi.
Menurut Sutardji Calzoum Bachri, Puisi tidak hanya mengandung puitika tetapi juga bisa mengandung kisah, sikap, opini, argumentasi, dan esai. Sajak-sajak Rendra, mengesankan adanya hal itu. Sedangkan puisi-puisinya Chairil Anwar mengandung opini dan ekspresi yang saling menyatu. Misalnya larik-larik : “Kalau Sampai Waktuku / Ku mau tak seorang kan merayu, dst” (dalam internet)
Bagaimana dengan puisi-puisi Deni J.A. ? Kelima puisi Deni J.A. terilhami dari peristiwa-peristiwa atau fakta yang telah terjadi. Menurut Sutardji semua sajaknya mengandung tema perlawanan yang beragam dari manusia sebagai individu. Antara lain perlawanan terhadap kemiskinan, perlawanan terhadap diskriminasi dan perlawanan dari cinta.Hal ini juga didukung oleh pendapat penyair terkenal Sutarji Calzoum Bachri.Menurut Sutardji Calzoum Bachri, Penyair ,mengatakan “Bagi saya, puisi esai adalah puisi pintar. Yang dengan berbagai data, fakta, argumentasi, bisa memberikan kepintaran bagi pembacanya untuk memahami dan menghayati persoalan-personal yang terkait dengan masalah atau konflik sosial.”(dalam internet).
Seperti dalam pengantarnya, Deni mengatakan bahwa puisinya tak hanya memotret pengalaman batin individu tetapi juga konteks fakta sosialnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa karangannya diupayakan tak hanya menggetarkan hati tetapi juga membantu pembaca lebih paham isu sosial di dunia nyata.
Menurut Sapardi Djoko Damono bahwa “Dalam ujud seperti yang dipilih Denny ini, puisi esai bisa menjadi pilihan bentuk bagi siapa pun yang memiliki pandangan yang sama. Yang disampaikan dan ditulis Denny berasal dari suatu gagasan yang dengan jelas ia uraikan di dalam pengantar. Yang lebih penting lagi adalah bahwa ia telah mengangkat isu yang sepanjang pengetahuan saya belum pernah diungkapkan dalam puisi kita, seperti isu Ahmadiyah, homoseksualitas, TKW, perbedaan agama, dan dampak peristiwa Mei 1998 dalam sajak-sajak yang panjang lengkap dengan catatan kaki. Banyak penyair kita telah menulis puisi tentang peristiwa Mei 1998, misalnya, tetapi semuanya dalam bentuk lirik – pengungkapan perasaan dan emosi terhadap peristiwa tersebut.” (dalam internet)
Dari kelima puisi Denny J.A. di sini akan diretas tiga puisi yang berjudul “Sapu Tangan Fang Yin”, “Romi dan Yuli dari Cikeusik”, ”Minah Tetap Dipancung”, dari segi sosiologinya.
Puisi yang pertama adalah puisi yang berjudul “Sapu Tangan Fang Yin” adalah kisah perlawanan Fang Yin ke dalam, terhadap diri sendiri .Tidak seperti puisi-puisi yang lainnya,yang mengisahkan perlawanan ke luar,terhadap orang lain. Dalam puisi tersebut tokoh Fang Yin disibukkan dengan penderitannya sendiri sebagai korban kekerasan dan perkosaan. Hal inilah yang menjadikan Fang Yin membenci Indonesia. Pada akhirnya, Fang Yin bisa melihat sisi positif Indonesia, dan memulai mencintai negeri itu.
Puisi tersebut secara garis besar merupakan suatu kisah penderitaan yang dialami orang-orang keturunan Tionghoa pada saat peristiwa krisis Mei 1998. Hal inilah yang mencerminkan aspek sosiologi dalam puisi Denny J.A.
Fang Yin adalah seorang gadis keturunan Tionghoa yang mengalami trauma berat. Fang Yin menderita batin yang berkepanjangan.
Penderitaan Fang Yin  akibat peristiwa yang terjadi 13 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 13 Mei 1998 di Jakarta,yang terjadi demo besar-besaran seperti bait berikut:
Rabu 13 Mei 1998
Ribuan mahasiswa berkumpul
Di Universitas Trisakti
Duka cita berbaur teriakan kerumunan massa.
Pada peristiwa itu Fang Yin dianiaya diperkosa dengan penuh kekerasan. Hal ini tercermin pada bait :
Rambutnya dijambak
Pakaiannya dikoyak-moyak
Dan dengan kasar
Mereka pun memukul, menampar.
Fang Yin pun menjerit, mohon ampun,
Jangan…Jangan…
Saya punya uang.
Ampun. Jangan.
“Bagai sekawanan serigala mereka:
Seseorang memegang kaki kirinya
Seorang lagi merentang kaki kanannya
Yang lain menindih tubuhnya.
Wahai, terenggut sudah kehormatannya!
Yang lain bersiap menunggu giliran
Ganas seringainya, tak ada belas
Bagi seorang perawan.”
Tidak hanya Fan Yin,semua komunitas di sekitar Fan Yin juga mengalami hal serupa.Disebutkan dalam puisi ini bahwa Fan Yin hidup di komplek mewah masyarakat Tionghoa. Pagar dan bangunan yang tinggi tidak menjamin keamanan. Semua penghuni,harta benda  dirampas dan dikoyak.
Setelah peristiwa itu,Fang Yin dan keluarganya mengungsi ke Amerika. Dan pada saat itu kekasihnya yang telah mengetahui bahwa Fang Yin diperkosa tega meninggalkannya. Sikap Kho terlihat pada larik :
“…
Kho, pacarnya, terdiam dan mulai dingin sikapnya.
…”
Dan terlihat pada larik yang lain:
“Selentingan ia dengar kabar, Kho sudah berkeluarga
Rina nama istrinya, dulu sahabat kental Fang Yin –‘

Kehidupan di Amerika dijalani Fang Yin dengan harapan untuk memulai hidup baru. Fang Yin tidak mudah untuk melakukan semua kegiatannya karena terganjal traumatik masa silam di Indonesia. Hal ini terlihat pada bait:
“Apa arti Indonesia bagi Fang Yin?
Lahir di sana tak ia minta
Ketika trauma masih menganga
Indonesia hanya kubangan luka.”
Dukungan keluarga dan pendampingan psikolog terus menerus diterimanya. Ayahnya selalu memberikan nasihat-nasihat jangan sampai Fang Yin menjadi warga negeri lain karena ayahnya selalu mengharapkan bahwa Fang Yin bisa kembali ke Indonesia. Mengapa demikian? Karena kakek buyutnya adalah pejuang kemerdekaan. Peristiwa-peristiwa setelah 13 tahun serta nasihat ayahnya sedikit demi sedikit membuka hati nurani Fang Yin. Ia ingin kembali ke Indonesia.Hal ini terlihat pada bait:
“Kini ia ingin pulang, rindunya membara
Ia ingin Indonesia seperti dirinya: menang melawan masa lalu
Musibah dan bencana datang tak terduga
Yang penting harus tetap punya mimpi.
Ini Indonesia baru, katanya, kata mereka.
Ya, ya – niatnya pun teguh: Aku segera kembali ke sana!
Aku segera pulang ke sana!
Aku segera hidup di sana!
Dalam puisi ini, Deni J.A ingin mengangkat masalah sosial yang terjadi di Indonesia khususnya pada 13 Mei 1998. Peristiwa pada saat itu konflik yang berkepanjangan krisis yang berkepanjangan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Suharto. Namun, dalam kenyataan Suharto selaku presiden masih belum bisa menerima keinginan masyarakat Indonesia untuk mundur. Sehingga hal inilah yang memicu masyarakat untuk melakukan demo besar-besaran dan yang diserang serta dianiaya adalah komunitas Tionghoa. Bagi masyarakat Tionghoa bahwa mereka hanya menganggap diri sebagai pedagang dengan jiwa nasionalisme yang tinggi. Mereka tidak ikut berkecimpung dalam dunia kepemerintahan dan dunia politik. Namun, kenyataannya dalam peristiwa itu, merekalah yang disingkirkan.
Bagaimana dengan puisi yang lain? Deni J.A. pada umumnya mengangkat masalah sosial,seperti dalam puisi  Denny J.A. yang lain ,yang berjudul Romi dan Yuli dari Cikeusik juga berisi data sosiologi.
Puisi “Romi dan Yuli dari Cikeusik” inilah puisi kedua yang akan dianalisis.Dalam puisi ini juga mengungkapkan perasaan hakiki manusia bahwa setiap manusia di dunia ini berhak untuk mencintai dan dicintai. Tuhan memberikan anugrah perasaan terhadap manusia untuk membuat hidup menjadi lebih berwarna. Ada bahagia, ada tangisan, tawa canda, emosi kemarahan, bahkan kebimbangan. Itu semua merupakan proses yang tak bisa diabaikan. Itu merupakan pembelajaran hidup.



Mencintai maupun dicintai mempunyai sisi kebahagiaan masing-masing. Namun yang paling membahagiakan adalah mencintai dan dicintai oleh orang yang sama. Rasa saling mencintai tentu akan sangat berbeda dengan hanya mencintai atau dicintai saja. Satu dan menyatu, saling menerima dan melengkapi antara satu dengan yang lain.
Namun, bagaimana ketika cinta harus dihadapkan dengan diskriminasi tertentu? Sebuah perbedaan antara paham Ahmadiyah dan yang menentang Ahmadiyah. Apakah dengan  adanya perbedaan tersebut perkataan, “Setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai” masih berlaku? Apakah dengan perbedaan, masih ada perasaan saling menerima dan melengkapi?
Masalah-masalah yang berkaitan dengan perbedaan inilah yang mengilhami puisi Deny J. A. khususnya yang berjudul “Romi dan Yuli dari Cikeusik”. Puisi ini mengisahkan cinta sepasang  remaja yang terhalang oleh perbedaan paham agama.
        Romi yang bernama asli Rohmat anak seorang pengurus Ahmadiyah, paham yang dianggap sebagian ulama menyimpang dari ajaran Islam. Sementara Yuli dengan nama asli Juleha anak pengurus organisasi Islam yang dianggap garis keras, anti Ahmadiyah. Dua sejoli ini saling jatuh cinta terlepas dari perbedaan paham agama keluarga mereka.
        Yuli mulai ragu, Ayah dan ibunya mengatakan bahwa kedudukan agama di atas cinta remaja, berikut ini cuplikan puisinya :
        “Kita di Indonesia tidak di Amerika, di sini Agama di atas segala, Tak terkecuali cinta remaja”
Namun cintanya pada Yuli begitu tinggi. Ia juga menyadari Romi tidak pernah meminta menjadi anak pengurus Ahmadiyah, ketika ia lahir. Begitu juga ketika Yuli lahir, ayahnya juga sudah anti-Ahmadiyah. Yuli terombang-ambing antara cinta yang tulus di hatinya, dengan kenyataan sosial bahwa Ahmadiyah itu paham yang menjadi musuh ayahnya. Selain itu Romi selalu memberi  motivasi dan nasihat supaya Yuli harus tetap kuat mempertahankan cinta yang tulus itu. Seperti yang tertulis dalam puisi:
        “Ayo Yuli, sihir hatimu katakan cinta kalahkan segala”
        Kisah puisi ini merupakan salah satu sisi lain dari Indonesia, yang menjadi isu besar diskriminasi (masalah sosial) yang masih hidup di permukaan masyarakat Indonesia sampai saat ini. Dalam puisi ini diskriminasi ini diekspresikan dari kaca mata korban.
        Pengarang menyebut karyanya puisi esai karena ini merupakan eksperimen yang menjembatani fiksi dan fakta. Detail kisahnya fiksi tapi kenyataan sosial dari isu itu fakta. Hal ini sesuai dengan catatan kaki yang terdapat dalam  puisi tersebut.
        Fakta-fakta yang mengilhami puisi tersebut adalah peristiwa penyerangan jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, penyerangan kampus Mubarok yang merupakan kantor pengurus besar Jamaah Ahmadiyah di Indonesia yang beralamat di Jalan Raya Perung no. 27 Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Aksi tersebut berujung pada penutupan secara paksa Kampus Jemaat Ahmadiyah Indonesia tersebut oleh Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Bogor melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) atas desakan massa penyerang.
        Namun SKB tiga menteri tersebut tidak berhasil menyelesaikan masalah. Konflik dan tindak kekerasan tetap terjadi. Penyerangan dan pembantaian anggota jemaat Ahmadiyah di Cikeusik pada 6 Februari 2011 merupakan puncak kekerasan yang menimpa Jemaat Ahmadiyah Indonesia. (Negara tak Kunjung Terusik, www Kontras org/data/laporan)
        Puisi   “Romi dan Yuli dari Cikeusik” tecermin dengan jelas segala peristiwa yang terjadi di masyarakat dengan jelas.Apalagi dalam puisi tersebutdiberi catatan kaki.Catatan kaki tersebut yang menyatakan peristiwa factual sebagai pendukung yang memudahkan pembaca untuk memahami puisi dan mampu sebagai media kilas balik peristiwa_peristiwa yang terjadi.
Sedangkan puisi yang berjudul “Minah Tetap Dipancung” juga mengisyaratkan aspek sosiologi yang kental puisi tersebut sarat dengan penderitaan orang-orang yang mencari sesuap nasi di negeri orang.Bukan harta melimpah tetapi nyawa melayang.Secara lengkap isi puisi tersebut adalah suatu cerita pengorbanan seoran ibu dan seorang isteri.         
Puisi “Minah Tetap Terpancung” mengisahkan  tentang  seorang TKW bernama Aminah yang disebut Minah asal Indonesia dari kota Cirebon. Melihat kenyataan sehari – hari suaminya tidak bekerja dan anak semata wayangnya yang berusia 8 tahun belum bersekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah. Minah akhirnya bertekad bekerja di luar negeri dengan modal uang hasil menjual sepetak sawah milik orang tuanya, dengan harapan bisa memperbaiki ekonomi keluarga.Seperti pada bait berikut :
“Sudah sekian lama suamiku nganggur
Anak perempuanku, delapan tahun,
Belum juga ia bersekolah
Aku belum bisa bayar uang iurannya.
Itulah awal tekadku bekerja ke Arab Saudi.
Kuyakinkan Suami ijinkan aku pergi,
Hidup perlu biaya.”
Tapi kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. Disana dia diperlakukan secara tidak manusiawi, beberapa kali diperkosa majikan pria dan malah disiksa oleh majikan wanita saat mengadu. Suatu malam Minah terpikir untuk mengirimkan sekotak uang pemberian majikan setelah diperkosa. Namun, hati kecilnya tidak setuju kalau keluarganya harus menikmati uang haram itu.
Ketika majikan pria ingin mengulangi perbuatan bejatnya lagi, hatinya berontak. Dia harus melawan. Dengan sekuat tenaga dan menyebut nama Allah direbutnya pisau dari tangan laki – laki itu dan ditusukkan tepat di perutnya. Sebagai hukuman atas perbuatannya Aminah harus menjalani hukum pancung.Hal ini terjadikarena Minah membunuh majikannya untuk membela diri.Seperti pada bait:
“Entah dengan kekuatan apa
Aku sebut nama Allah,
Aku rebut pisau itu
Kutancapkan tepat di perutnya.”
Perjuangan Aminah jika dinilai dari segi sosial sangat memprihatinkan. Dia bertaruh nyawa dan mengorbankan keluarganya untuk menjadi salah satu pahlawan devisa berjasa bagi Negara yang bahkan tidak membelanya sedikit pun. Malah keluarganya tidak mendapat apapun bahkan harus kehilangan sepetak sawah dan seorang Aminah.
   Demikian mengharu biru ketiga puisi Denny J.A. yang telah dianalisis dari segi sosiologinya. Tak pelak kalau Denny J.A. mengkalim bahwa puisinya berisi cinta. Dari kelima puisi –puisinya,aspek sosioogi sangat dominan dan menonjol.



PENUTUP
1.Kesimpulan 
Puisi-puisi Denny J.A. yang berlabel Atas Nama Cinta dengan lima judul puisi :
                  1.         “Sapu Tangan Fang Yin”,
                  2.         “Romi dan Yuli dari Cikeusik,
                  3.         “Minah Tetap Dipancung”,
                  4.         “Cinta Terlarang Batman dan Robin”, 
                  5.         “Bunga Kering Perpisahan”.
Puisi-puisi tersebut pada umumnya berlatar belakang peristiwa faktual.Puisi "Sapu Tangan Fan Yin" berbasis peristiwa Mei 1998.Sedangkan puisi “Romi dan Yuli dari Cikeusik” selain mengungkapkan kisah percintaan ( merupakan fiksi) juga mengungkapkan isu sosial yaitu diskriminasi Jemaat Ahmadiyah (merupakan fakta sosial).
 Puisi-puisi tersebut pada umumnya berlatar belakang peristiwa  faktual. Dari kelima puisi tersebut yang dicermati adalah puisi "Sapu Tangan Fan Yin"berbasis peristiwa Mei 1998.Sedangkan puisi "Romi dan Yuli dari Cikeusik" selain pengungkapkan kisah percintaan (merupakan imajiner) juga mengungkapkan isu sosial yaitu diskriminsi Jemaat Ahmadiyah (faktual).Sedangkan "Minah Tetap Dipancung" mengisyaratkan hal-hal dilematis yang dihadapai pejuang devisa di Indonesia. 

2.Saran
             Puisi-puisi Denny J.A. adalah puisi yang cukup menarik. Puisi-puisi Denny J.A. bermuatan banyak aspek yang bisa dianalisis. Puisi-puisi Denny J.A. memiliki keberagaman ide yang dapat diapresiasi dari berbagai tinjauan. Oleh sebab itu,kiranya ada telaah lain yang bisa dilakukan selain dari telaah sosiologi.Demikian pula dari aspek penelitian yang lain.





DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin.1995.Pengantar Apresiasi Sastra.Bandung :Sinar Baru Algensindo
Denny J.A. 2012.Atas Nama Cinta.Jakarta:Renne Book
Sayuti, Suminto A.2002.Berkenalan dengan Puisi.Yogyakarta:Gama Media







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyamakan visi dari berbagai individu dengan talenta ,pengetahuan yang berbeda ~

Menyamakan visi dari berbagai individu dengan talenta ,pengetahuan yang berbeda ~
Belajar adalah proses~

Share

Ketahuilah, api itu panas, apalagi menceburkan diri akan terbakar kita di dalamnya. Semakin dalam semakin panas dan bahkan semakin bergolak. Karenanya jagalah dirimu jangan sampai mendekat pada api tersebut. Bentengilah diri kamu dengan iman dan taqwa.

Opinion ~_~

Simpel

Populer

Aktual

Edukasi

Prediksi soal UN_

Belajar akting?

Belajar akting?

Seni Tradisi

Seni Tradisi

Belajar Akting?

Belajar Akting?
Lgi pamitan, eee ngasih selendang putih..